Putera Sampoerna (lahir di Schidam, Belanda pada 13 Oktober 1947) adalah seorang pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai presiden ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna. Putera adalah generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Dia adalah putra dari Aga Sampoerna dan cucu dari Liem Seeng Tee, pendiri perusahaan Sampoerna.
Awal Kehidupan
Putera memperoleh pendidikan internasional pertama di Diocesan Boys School, Hong Kong, dan kemudian di Carey Baptist Grammar School, Melbourne. Dia kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di University of Houston, Texas, AS.
Lulus dari perguruan tinggi, Putera tidak langsung melibatkan diri dalam bisnis keluarga. Bersama istrinya, Katie, warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa, Putera tinggal di Singapura dan menjalankan perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia. Baru pada 1980, Putera kembali ke Surabaya untuk bergabung dalam operasional PT. Sampoerna.
Pria yang menggemari angka sembilan itu mulai menjadi figur penting dalam perusahaan setelah menerima tampuk pimpinan tertinggi sebagai chief executive officer dari ayahnya, Aga Sampoerna, pada 1986. Setelah Aga meninggal pada 1994, Putera semakin aktif menggenjot kinerja perusahaan dengan merekrut profesional mancanegara untuk turut mengembangkan kerajaan bisnisnya.
Putera dikenal luas sebagai nakhoda perusahaan yang tidak hanya lihai dalam melakukan inovasi produk inti perusahaannya, yakni rokok, namun juga jeli melihat peluang bisnis di segmen usaha lain. Di bisnis sigaret, nama Putera tidak bisa dihapus berkembangnya segmen pasar baru, yakni rokok rendah tar dan nikotin. HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air dengan produknya, A Mild.
Pada masa kepemimpinananya, PT. Sampoerna juga memperluas bisnisnya ke dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan mendirikan Bank Sampoerna pada akhir 1980-an, meski bisnis perbankan ini akhirnya gagal.
Pada tahun 2000, Putera mengalihkan kepemimpinan perusahaan kepada anaknya, Michael.
Maret 2005 merupakan masa penting dalam perjalanan bisnis Putera
Sampoerna dan keluarganya, dimana Putera memutuskan untuk menjual
kepemilikan saham atas PT HM Sampoerna kepada PT Philips Morris
Indonesia. Pengumuman akuisisi itu mengejutkan pihak-pihak internal
(Karyawan HM Sampoerna) dan eksternal Perusahaan (investor, pengamat
ekonomi, dll); dimana keputusan untuk menjual bisnis keluarga yang
telah dirintis sejak 1913 dinilai berbagai kalangan merupakan langkah
bisnis Putera Sampoerna yang sangat beresiko tinggi, mengingat selama
ini HM Sampoerna merupakan sumber utama pendapatan dari keluarga
Sampoerna bahkan pada saat dijual kinerja perusahaan sangatlah baik.
Hingga saat ini alasan Putera Sampoerna untuk melakukan penjualan
tersebut tidak diketahui dengan jelas.
|