Matt Mullenweg adalah seorang anak muda yang kreatif, innovatif dan
ulet dalam membangun masa depannya. Ia adalah seorang pemuda yang amat
sederhana, walaupun Ia telah berhasil meraih sukses besar dalam
mengembangkan mesin Blog WordPress yang Ia buat sebagai aplikasi Open
Source yang gratis untuk dipakai siapa saja.
Berikut ini adalah wawancara Matt Mullenweg oleh wartawan Kompas Pepih Nugraha saat Ia menghadiri acara WordPress WordCamp selama dua hari, tanggal 17-18 Januari 2009 yang lalu di Jakarta.:
”Matt, apa rencanamu ke depan setelah berhasil merintis dan
menciptakan WordPress yang belakangan dikenal luas di kalangan blogger
di seluruh dunia?” Itu pertanyaan sederhana yang diajukan kepada
seorang pemuda asal Amerika Serikat. Matt tak kalah sederhananya dalam
menjawab, ”Menikah dan punya anak.”
Rendah hati, tenang, berbicara pelan, tidak basa-basi. Itulah Matt
Mullenweg. Di kalangan blogger dunia, Matt, panggilannya, adalah
”malaikat” yang teramat baik hati karena mau menggratiskan mesin blog
kepada siapa pun yang mau mengambilnya di WordPress.
Oleh karena gratis dan berbasis open source, banyak sukarelawan yang
terus membangun dan memperbaiki tampilan WordPress. Mulai dari cangkang
atau themes blog yang beraneka ragam, sampai widget khusus untuk
menghitung banyaknya pengunjung yang masuk.
WordPress dikenal sebagai penyedia blog paling progresif belakangan
ini yang bisa dipadankan dengan situs pertemanan, Facebook. Hingga
tahun 2008, tercatat 230 juta pengakses tetap (unique visitors) dengan
6,5 miliar halaman WordPress yang dilihat. Ada 35 juta posting baru
dengan tambahan rata-rata empat juta posting setiap bulan. Data itu
cukup menggambarkan betapa progresifnya WordPress.
Keberadaan Matt Mullenweg di Jakarta hanya dua hari, pada 17-18
Januari, saat ia menjadi pembicara pada WordCamp yang di Asia Tenggara
baru Filipina dan Indonesia (Jakarta) yang mengadakannya.
Ini ajang berkumpulnya pengguna, penyuka, dan pengembang WordPress
di Tanah Air sehingga komunitas Blogger Anging Mammiri dari Makassar
pun memerlukan datang. Di seluruh dunia, total sudah 29 kali WordCamp
diselenggarakan, mulai Afrika sampai Australia dengan kehadiran 3.400
anggota.
Di Jakarta, WordCamp yang bertema ”Learn from the Best” dan
berlangsung di Erasmus Huis itu terselenggara berkat prakarsa seorang
penggila WordPress, Valent Mustamin. Selama dua hari itulah Kompas menguntit dan menangkap Matt yang sangat santun.
Untuk ukuran perintis sebuah mesin penghasil blog yang mewabah di
seluruh dunia, usia Matt juga masih tergolong sangat muda, 25 tahun.
Pendidikan politik
Di dunia maya tidak banyak penyedia blog gratisan. Kalau Anda ingin
memiliki blog atau situs pribadi, Anda bisa mengambil dari Blogger,
Multiply, LiveJournal, MoveableType, TypePad, dan salah satunya dari
WordPress yang disediakan Matt.
Bernama lengkap Matthew Charles Mullenweg, ia lahir di Houston,
Texas, 25 tahun lalu. Matt pernah bekerja di perusahaan media berbasis
internet, CNET, sebelum mengembangkan dan merintis perangkat lunak open
source untuk nge-blog.
Lalu, dari mana dia mendapatkan uang dengan menciptakan peranti
lunak open source semacam WordPress? Matt menjawab, ”Saya tidak mencari
uang dari situ.”
Pun ia menampik kalau suatu saat WordPress akan dijualnya kepada
perusahaan raksasa internet dengan harga selangit, seperti halnya
Blogger atau YouTube, situs video terpopuler berbasis user generated
content yang dimiliki Google.
Matt tidak menyangkal kalau ia memperoleh pendapatan dengan mendirikan perusahaan di balik WordPress, seperti Automattic, Akismet, Gravatar, bbPress, IntenseDebate, dan BuddyPress.
”Jangan selalu beranggapan bahwa uang adalah segala-galanya,” kata
Matt tentang sikap berbaginya yang melabrak batas negara dunia itu.
Untuk seorang entrepreneur muda dan sukses, penampilan Matt relatif
sederhana, celana jins dan kaus oblong yang dibungkus kemeja. Dia suka
menjinjing tas dan iPhone bercangkang huruf ”W” sebagai kependekan dari
WordPress.
Uniknya, latar belakang Matt bukan ilmu komputer atau teknologi
informasi, melainkan ilmu politik. Ia menimba ilmu itu selama dua tahun
di sebuah college sebelum akhirnya berhenti karena membangun
infrastruktur sebuah mesin online yang menyita banyak waktu. Beruntung
Matt mendapat dorongan penuh kedua orangtuanya.
”Mereka tahunya saya orang di balik WordPress,” katanya.
Bukan jurnalis
Matt mengenang kembali masa-masa di tahun 2002 saat untuk pertama
kalinya menciptakan peranti lunak sederhana untuk nge-blog yang ia
namakan b2. Keperluannya hanya sebatas memajang hasil foto dia di media
online saat berkunjung ke Washington DC.
Maklum, waktu itu perangkat lunak untuk keperluan nge-blog belum
mewabah. Dari kode sederhana b2, Matt bersama dua rekannya, Mike Little
dan Michel Valdrighi, mulai membangun WordPress.
Adakah Matt berlatar belakang jurnalis atau media sehingga penyedia
blog gratisan itu menggunakan embel-embel ”Press”? Matt mengatakan,
”Tidak ada sama sekali.” Menurut dia, nama itu diberikan oleh seorang
teman, Christine. ”Itulah yang saya ingat,” jawabnya.
Matt juga bercerita bagaimana semasa bersekolah di SMU ia merancang
dan membuatkan sebuah situs untuk sekolah itu. Ia juga membuat situs
untuk grup jazz lokal di kota kelahirannya, Houston. Kemahirannya
merancang web juga didukung oleh ayahnya yang bekerja di Microsoft.
Matt mengaku pernah jatuh-bangun merancang WordPress, tetapi ia terus
mencoba lagi.
Untuk urusan jazz, Matt boleh dibilang serius menekuninya. Apalagi
ia pemain saksofon yang andal. Untuk keterampilan bermusiknya itu, dia
memerlukan belajar di sebuah sekolah seni. Bahkan yang tidak banyak
diketahui banyak orang, Matt adalah pemain keyboard dvorak, yakni alat
musik seperti piano yang tuts-tutsnya mengadopsi papan ketik komputer
”QWERTY”.
Matt baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-25 pada 11 Januari
lalu. Salah satu rencana yang menurut dia harus direalisasikan segera
adalah belajar bahasa Spanyol.
Mengapa bahasa Spanyol yang mau dipelajarinya? ”Spanyol adalah
bahasa terbesar kedua pengguna WordPress setelah bahasa Inggris,”
katanya.
Cukup mengejutkan bila Matt mengungkapkan bahwa bahasa ketiga
terbesar pengguna WordPress adalah bahasa Indonesia. Situs Alexa
mencatat, 280.000 blog WordPress menggunakan bahasa Indonesia.
”Saya menaruh hormat, dan untuk alasan itulah saya ada di Jakarta,” ujar Matt.
|